12 Februari 2016

Ulasan Buku: For One More Day

Sampul
Judul : Satu Hari Bersamamu
Judul Asli : For One More Day
Pengarang : Mitch Albom
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2012
Dibaca : 7 Februari 2016
Rating : ★★★★

Buku pertama di bulan ini yang sekaligus menjadi bahan penunjang untuk Posting Bareng BBI bertema #BBIValentinesDay. Sedikit melenceng karena kisah yang dituturkan pada buku ini bukan tentang cinta kepada pasangan atau sang kekasih, tetapi lebih kepada keluarga terutama sang ibu. Setelah ini bakal ada postingan khusus untuk menyemarakkan Posting Bareng BBI bulan Februari.

***

Charles "Chick" Benetto bertemu dengan pencerita untuk mengisahkan masa lalunya. Pria yang sering dipanggil Chick ini memiliki satu kejadian yang memilukan sekaligus membahagiakan. Ia bertemu dengan ibunya yang seharian mengajaknya jalan-jalan di kota kelahirannya, padahal seperti yang ia ketahui, sang ibu sudah meninggal beberapa tahun lalu.

Kejadian itu bermula ketika Chick berniat pulang ke kotanya dan mencoba bunuh diri. Saat jarak sudah dekat dan pagi menjelang, ia begitu kalut. Pada saat itulah kecelakaan yang membuat dirinya bertemu dengan sang ibu terjadi. Saat ketika ia kembali mengingat masa remajanya yang tidak begitu mulus karena ditinggal ayahnya. Saat ketika ia kembali mengingat bagaimana ibunya membesarkannya seorang diri dan membelanya. Saat ketika ia menginginkan berada satu hari lagi bersama sang ibu.

***

Aku mendapati buku ini tergeletak di meja rekan kantor dan aku ijin untuk membacanya. Setelah sekitar satu bulan tidak kubaca, aku berniat mengembalikannya, tetapi rekan kantorku bilang, "Yakin nggak mau baca? Ini buku bagus lho! Baca halaman pertama dan kamu nggak akan berhenti." Dengan malu-malu aku urung mengembalikan dan mulai melahap buku ini. Beruntung aku bisa menyelesaikannya. Siapa yang tidak tertarik ketika mendengar kisah seorang anak dan sang ibu?

Buku ini adalah yang karangan penulis pertama yang kubaca. Sebelumnya aku berpikir bahwa Paulo Coelho dan Mitch Albom memiliki kesamaan tema yang diangkat pada karya-karya mereka. Tapi setelah membaca sendiri masing-masing, walaupun bisa dibilang keduanya mengangkat cerita menginspirasi, tidak ada kesamaan tema di antara karya mereka. Om Coelho lebih spiritualis dengan menyinggung unsur agama dan kepercayaan di dalamnya. Sedangkan, Om Albom bercerita tentang keluarga dan permasalahan yang lebih ringan tetapi mengena.

"Kau punya keluarga, Charley. Baik ataupun buruk keadaannya. Kau punya satu keluarga. Kau tidak boleh menukarnya. Tidak boleh mendustainya. Kau tak bisa menjalani dua pada saat bersamaan, berpindah-pindah dari satu ke yang lainnya. Tetap tinggal bersama keluargamu adalah apa yang menjadikannya keluarga." (hal. 228)

Penuh, satu kata yang bisa mewakili buku ini. Cerita tentang hubungan dalam satu keluarga dihadirkan. Antara anak dengan orangtua, khususnya masing-masing dengan ibu dan dengan ayah. Antara kakak dan adik. Juga antara suami dan istri. Walaupun porsi yang disampaikan lebih banyak pada Chick dengan ibunya, seusai membacanya aku merasa kisah tentang keluarga kecil Benetto itu lengkap.

Buku ini terpecah menjadi beberapa bagian. Bagian tentang kejatuhan Chick yang membuatnya ingin pulang dan bunuh diri menjadi set waktu utama. Bagian itulah saat ketika ia bertemu satu hari bersama ibunya. Lalu ada bagian yang menceritakan masa lalunya. Bagian inilah yang krusial karena emosi pembaca diombang-ambing; haru, kesal, marah, bahagia bercampur aduk.

"Anak yang merasa malu karena ibunya, hanya anak yang belum terlalu lama menjalani hidup." (hal. 111)

Selain itu, ada dua bagian yang lebih membuat perasaanmu berkecamuk. Keduanya adalah "Saat-Saat Ketika Ibu Membelaku" dan "Saat-Saat Ketika Aku Tidak Membela Ibu". Dua bagian yang menjadi kekhasan buku ini, sekaligus memiliki peran penting dalam sebuah cerita keluarga. Kau akan lebih menghargai cinta dan waktu.

Pada akhirnya, walaupun emosiku terbawa oleh Chick dan ikut berempati, aku tidak sampai menitikkan air mata seperti teman-teman yang lain. Alasannya mungkin karena aku lebih dekat kepada ayah daripada kepada ibu. Juga karena ayah yang sudah tiada sedangkan ibu masih ada. Entahlah, mungkin hal-hal seperti itu memengaruhi. Tapi ini buku bagus dan kamu harus baca setidaknya sekali seumur hidupmu yang singkat itu!

"Tapi tanyakan pada dirimu sendiri: Pernahkah kau kehilangan seseorang yang kausayangi dan kau ingin bisa bercakap-cakap dengannya sekali lagi, mendapatkan satu lagi kesempatan untuk menggantikan waktu-waktu ketika kau menganggap mereka akan selalu ada selamanya? Jika pernah, maka kau pasti tahu bahwa seberapa banyak pun kau mengumpulkan hari-hari sepanjang hidupmu, semuanya takkan cukup untuk menggantikan satu hari itu, satu hari yang ingin sekali bisa kaumiliki lagi." (hal. 7)

2 komentar :