28 Desember 2015

Rust in Pieces

Sampul
Judul : Rust in Pieces
Pengarang : Nel Falisha
Penerbit : Ice Cube
Tahun : 2015
Dibaca : 27 Desember 2015
Rating : ★★★★

Satu hal yang membuatku terus membaca buku ini hingga menyelesaikannya: bagaimana penulis membuat Tiana, sang karakter utama, begitu ingin dipedulikan. Aku yakin bukan hal yang mudah dalam membuat karakter kuat semacam itu. Tapi aku benar-benar dibawa untuk terus berempati kepada Tiana dan ingin mengetahui bagaimana akhir dari kisah Tiana yang terlihat begitu menyulitkan.

***

Tiana punya masa lalu kelam di SMP. Kejadian berani-beranian mengutil di minimarket pada saat itu menjadikan Tiana suka mencuri. Barang apa saja. Milik siapa saja. Hal itu membuatnya dicap sebagai Si Klepto atau sering juga disebut Miss K.

Tiana sudah SMA sekarang. Ia berkukuh untuk memilih sekolah yang bukan favorit untuk menghindar dari teman-teman SMP-nya. Ia harus mencari sekolah yang benar-benar membuatnya terlepas dari ejekan 'Si Klepto'. Walaupun hobi mencurinya masih dilakukan, setidaknya tidak ada yang tahu akan hal itu. Hingga Stefan mengetahui segalanya.

***

Aku merasakan empati yang besar pada Tiana. Baiklah, dia hobi mencuri. Baiklah, dia menjaga jarak dengan teman-teman SMA-nya. Tentu saja Tiana beralasan bersikap seperti itu. Dia divonis menderita gangguan bernama kleptomania. Satu penyakit mental yang orang awam menyalahartikannya menjadi "tukang mencuri" atau "si hobi mencuri". Dan Tiana harus sembuh dari penyakit itu.

Pantai Batu Bolong
Hingga hadirlah Stefan. Cowok yang kepo luar biasa akan penyakit Tiana itu. Stefan hingga mengumpulkan data dan fakta serta buku-buku tentang kleptomania agar Tiana segera mengambil tindakan. Tentu saja usaha Stefan membuahkan hasil. Tiana akhirnya mau berkonsultasi dengan psikolog yang ternyata adalah omnya Stefan dan mau bilang kepada kedua orangtuanya.

Aku melihat alur ceritanya hampir mirip dengan sick-lit (sick-literature) lainnya, sebut saja The Fault in Our Stars dan By the Time You Read This, I'll be Dead. Tokoh utama menderita suatu penyakit atau kelainan. Datang lawan jenis yang sedikit-sedikit mengubah hidupnya. Lalu, puff, hidupnya pun berubah. Paling tidak tokoh utama mengerti akan pentingnya kehadirannya di dunia dan tidak menyesal sekalipun ia divonis tidak akan hidup lebih lama lagi.

Lapangan Renon
Tidak. Tania tidak akan mati. Kleptomania bukan penyakit yang mematikan. Penyakit ini adalah tentang kebiasaan dan gangguan medis yang membuat seseorang melakukan hal yang tidak wajar. Bagian inilah yang aku suka dari buku ini. Bukan tentang mengisi-saat-saat-terakhir-hidup-dengan-sesuatu-yang-berguna, tetapi tentang berusaha-agar-sembuh-dan-bisa-berguna. Bisa dibedakan, kan?

Informasi tentang kleptomania dan cara penanggulangannya juga menjadi nilai tambahan. Pembaca tidak hanya disuguhkan bagaimana Tania yang dibantu Stefan untuk menyadari bahwa kebiasaannya adalah tidak benar, tetapi juga diberikan wawasan apa itu kleptomania. Walaupun intensitas penjelasannya sedikit, paling tidak sudah bisa memberikan gambaran bahwa ternyata kleptomania bukan kebiasaan buruk, tetapi suatu penyakit yang harus disembuhkan. Hal penting untuk mematahkan penyalahgunaan kata "Klepto".

"Kemungkinan Tiana kekurangan produksi serotonin, zat yang berfungsi untuk mengatur mood dan emosi dalam otak, makanya jadi sulit menahan hasrat mencuri. Jadi, Bu, kleptomania itu gangguan medis. Bukan disebabkan oleh lingkungan atau cacat karakter." (hal. 113)

Adakah yang menilik dua gambar di atas? Ya, Bali menjadi latar pada buku ini. Selain diceritakan sebagai tempat tinggal Tiana dan Stefan, penulis tidak luput menyisipkan lokasi-lokasi wisata keren yang bisa menggambarkan Bali secara riil. Aku yakin setiap orang yang membaca buku ini akan merasakannya.

Pada akhirnya, perubahan sikap menjadi hal tipikal pada setiap cerita yang mengusung tema "sakit". Begitu pun dengan Tiana yang berubah sedikit demi sedikit untuk menjalani hidupnya dalam pemikirannya yang positif. Aku suka bagaimana Tiana membuka diri dengan begitu perlahan sehingga tidak membuatnya tergesa-gesa atau seperti dibuat-buat. Sungguh bacaan akhir tahun yang menyenangkan.

"Tak apa jika Dinda mau membocorkan ke seisi sekolah. Tak apa jika ia akan dipandangi dengan jijik. Tiana sudah tak ingin membohongi dirinya sendiri. Inilah Tiana Angelita, lengkap dengan segala kekurangannya." (hal. 209)

Ulasan ini untuk tantangan:
1. Young Adult Reading Challenge 2015
2. Lucky No.15 Reading Challenge kategori Favorite Color

Tidak ada komentar :

Posting Komentar