12 September 2014

Dubliners

Sampul
Judul : Ibunda
Judul Asli : James Joyce: Great British and Irish Short Stories
Pengarang : James Joyce
Penerbit : Nuansa
Tahun : 2004
Dibaca : 12 September 2014
Rating : ★★★★

Edisi terjemahan ini adalah kumpulan empat dari lima belas cerita pendek karya penulis yang terdapat dalam Dubliners, buku yang terbit pertama kali pada tahun 1914. Penerbit dari Kuala Lumpur membuat edisi lebih tipis dengan mengangkat empat cerita pendek: Araby, The Sisters, Eveline, dan A Mother yang berjudul James Joyce: Great British and Irish Short Stories; kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan dengan judul Ibunda.

Halaman judul dari edisi pertama Dubliners tahun 1914

Cerpen-cerpen ini sebenarnya sederhana. Yang satu bercerita tentang seorang ibu yang habis-habisan membela anaknya untuk mendapatkan hak atas apa yang sudah disetujui bersama (Ibunda). Yang lain bercerita tentang wanita yang harus menentukan kemana arah hidupnya; apakah bersama dengan orang terkasihnya dan pergi jauh dari tempat tinggal sedari kecilnya atau tetap tinggal bersama keluarga besarnya (Eveline). Yang lainnya? Baca dong.

***

Kehidupan masa lalu setiap penulis selalu menjadi cerita menggugah tersendiri. Begitu pula dengan James Joyce yang beremigrasi dari kampung halamannya, Dublin, ke kota-kota lain di Eropa: Trieste, Paris, dan Zurich. Selama itu pula lah, James Joyce menulis buku-buku yang terkenal hingga kini, seperti Ulysses dan Dubliners.

Dublin dan Sungai Liffey
Yang menjadi poin penting dan pelajaran adalah jenis penulisan terkenal yang menjadi ciri khas penulis, Stream of Consciousness (SOC). Aku mencari SOC dan aku menemukan bahwa SOC adalah jenis penulisan narasi yang menggambarkan tokoh yang ada dalam tulisan tersebut. Untuk penjelasan lebih lanjut bisa dibaca di sini.

James Joyce (1882–1941)
Aku coba temukan unsur SOC dalam buku ini. Aku menemukan satu paragraf yang menarik. Coba kalian tentukan sendiri apakah ini termasuk SOC atau bukan.

"Tak ada harapan lagi baginya kali ini. Ini adalah serangan ketiga baginya. Malam demi malam kulintasi rumah itu dan kuamati jendela kamar tidurnya, Malam demi malam kulihat ada cahaya menyala, redup dan temaram. "Jika ia mati," pikirku, "akan kulihat bayangan lilin di tempat yang gelap." Aku tahu dua batang lilin akan dipasang di bagian kepala jenazahnya." (hal. 35)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar