14 September 2013

The Ring of Solomon

Sampul
Judul : Cincin Solomon
Judul Asli : The Ring of Solomon
Pengarang : Jonathan Stroud
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2012
Dibaca : 13 September 2013
Rating : ★★★★

Satu lagi karangan Jonathan Stroud dan Bartimaeus-nya yang epic! Menegangkan! Penuh aksi!

Oke. Kita mulai dari si jin yang selalu membuat onar tapi sangat dewasa, mengingat umur makhluk ini yang sudah ribuan tahun. Tak dipungkiri, Bartimaeus akan menjadi jin favorit setiap penyihir bila selalu seperti itu dalam bertingkah laku. Oke, cukup! Barangkali dia membaca review ini suatu saat nanti, dia pasti akan datang untuk berterima kasih tentang itu kepadaku.

Selanjutnya adalah pemeran utama, lakon, seorang pemudi berusia 17 tahun yang dididik sedari kecil dengan kekuatan dan kepatuhan terhadap ratu Balkis dan kerajaan Sheba-nya yang indah. Asmira, diusianya yang masih labil, mendapatkan misi yang berat dari sang ratu untuk menaklukan raja negeri seberang, Solomon, dan cincinnya yang sangat kuasa. Oh, menarik bukan?

Aku sangat ingin memberi lima bintang untuk novel ini, hanya saja, lagi-lagi tentang text editing-nya yang terlalu banyak keseleo untuk sebuah novel terjemahan perusahaan pustaka terbesar di Indonesia yang notabene menjadi pionir dalam penerbitan novel yang sempurna. Tapi sungguh, terlalu banyak, dan … sangat mengganggu. Atau mungkin memang tidak diedit terlebih dahulu?

Secara keseluruhan, kisah ini begitu epic, seperti yang sudah kubilang tadi. Kisah tentang raja yang berkuasa dan sangat lalim. Dikarenakan oleh pelayan-pelayannya, dalam hal ini penyihir-penyihirnya, sang raja yang rendah hati dan baik tidak lagi menjadi seperti itu di hadapan rakyat dan kerajaan-kerajaan lain, apalagi musuhnya. Para penyihir yang melayaninya memanfaatkan situasi untuk meraup keuntungan.

Pelajaran yang kudapat adalah bahkan orang yang sangat dipuja dan terkenal yang terlihat begitu buruk di hadapan banyak orang, tidak melulu seperti itu faktanya. Banyak faktor lain yang mengubah pandangan dan gagasan seseorang terhadap yang lain. Oh, come on! Kalian pasti mengerti setelah membacanya.

Dan juga tentang kesetiaan, dalam hal ini: Asmira, kepada ratunya yang harus diacungkan jempol. Dia bahkan menolak mentah-mentah penawaran besar dari sang raja. Penawaran apa? Apa aku harus memberi tahunya di sini?

Recommended!

05 September 2013

Koin Terakhir

Sampul
Judul : Koin Terakhir
Pengarang : Yogie Nugraha
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun : 2013
Dibaca : 4 September 2013
Rating : ★★

Sempat terkejut karena jalan ceritanya sangat mirip dengan Digital Fortress-nya Dan Brown.

Kisah ini menceritakan benda yang sangat berpengaruh bagi stabilitas negara yang berpindah tangan. Seseorang yang pandai dari Badan Intelejen Negara (BIN), Zen Wibowo, harus mencarinya hingga dia harus berpindah-pindah negara untuk mencari orang yang memegang benda itu. Bedanya, benda yang dicari dan negara mana yang sedang mencari.

Perbedaan lainnya adalah ada kelompok lain yang juga mencari benda itu; konspirasi yang ada di Indonesia untuk menentang kapitalisme negeri Barat. Mulia, namun cara yang dipakai itu salah.

Kita diberikan pengetahuan tentang Badan Intelejen Negara Indonesia dan teori Karl Marx tentang kapitalisme. Sedikit rumit dan sulit dipahami, tapi usaha yang bagus. Sedikit menambah perbendaharaan pengetahuan bagi mereka yang haus ilmu.

Oh ya, satu lagi, tentang setting cerita yang berpindah-pindah, aku acungkan jempol. Perancis, Spanyol, Italia, Inggris dan Rusia sangat digambarkan dengan baik oleh penulis. Sepertinya penulis benar-benar tahu bagaimana kondisi negara-negara di Eropa itu, walaupun hanya satu kota per negara. Jarang ada penulis lokal yang bisa mengetahui seluk-beluk lokasi cerita yang berada di luar negeri. Bilapun ada, itu sangat dipaksakan. No offense!

Setelah membacanya, masih banyak hal-hal yang tidak dilanjutkan; seperti siapa kelompok itu? Dan bagaimana dengan Zen yang akan melangsungkan pernikahannya? Aku harap ada sekuelnya untuk melengkapi cerita yang masih bolong-bolong ini. Good effort bagi penulis Indonesia!

01 September 2013

Unwind

Sampul
Judul : Pemisahan Raga
Judul Asli : Unwind
Pengarang : Neal Shusterman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2013
Dibaca : 31 Agustus 2013
Rating : ★★★★★

Sampulnya keren ya... Seger kayak buah jeruk yang baru dipetik. Beda banget sama sampul asli yang diterbitkan oleh Simon & Schuster Books.

Wow! Bahkan ketika jumlah halaman tidak lagi penting, kau akan terus membaca ketika jalan ceritanya begitu memikat. And, I felt that! Sangat disayangkan karena harga novel yang tidak murah harus aku baca dengan sangat cepat. Tapi apa? Itu berarti aku sangat menikmati ceritanya bahkan ingin cepat-cepat sampai di bagian akhir cerita.

Sampul yang Serem
Okay, hold on! Aku akan berbagi tentang ide cerita. Entah penulis yang begitu cerdas mengalun kata atau karena penulis memang sangat melihat peluang dalam satu masalah kecil yang bahkan tak seorangpun ingin mengangkatnya menjadi suatu kisah pelajaran. Mungkin penulis sungguh orang yang sangat peduli dengan lingkungan dengan sosialnya karena penulis memilih pemisahan raga yang selama ini, di dunia nyata, menjadi hal yang tabu dan sangat rahasia.

Apa itu pemisahan raga? Singkatnya, mereka adalah orang atau oknum yang menjual organ-organ dalam tubuh mereka kepada para pembeli yang membutuhkan hidup.See? Itu sangat umum, bahkan di Indonesia praktek semacam itu banyak diberitakan. Jadi itu kisah nyata.

Nah! Dari ide cerita atau ide penulisan atau apapun itu namanya, penulis membuat sendiri kisah tentang suatu kondisi dunia ketika pemisahan raga itu dilegalkan dan diatur. Tapi para korban adalah para anak-anak di bawah 18 tahun. Ketika ada peraturan, pasti ada pelanggaran. Itulah yang dilakukan Connor, Risa, dan Lev. Mereka berpikir bahwa bertahan hidup itu perlu dan mati memang tidak dengan seperti itu.

Aku mulai menyukai gaya penulisan om Neal ketika tiga narasi dari tiga bocah itu dipertemukan dalam satu waktu. Padahal sebelumnya masing-masing dari mereka meiliki narasi yang berbeda. Dan itu mengagumkan! Tiga narasi digabungkan dalam satu waktu. Oh, mungkin kalian belum mengerti maksudku, tapi kalian akan mengerti pada waktu membacanya. Dijamin!

Sayang sekali, gaya penulisan yang begitu memikat harus dibayar dengan tulisan yang masih ada salahnya. Aku bisa menghitung paling tidak ada lima kesalahan, walaupun tidak terlalu fatal, namun sangat mengganggu dan membuat jalan cerita menjadi berbeda sehingga aku harus membaca ulang di bagian itu. Ayolah, para editor, bekerjalah lebih keras!

Secara keseluruhan, novel ini: juara! Kalian harus membacanya! Walaupun bukan merujuk ke novel fantasi, namun gaya ceritanya hampir sama: rencana, petualangan, hal yang baru, dan akhir yang mendebarkan. Oh, tunggu. Bicara tentang akhir, aku sangat berharap seri selanjutnya cepat diterjemahkan dan diterbitkan.

Aku mengambil beberapa teori yang kukutip dari isi novel:
1. Teori Mengibaskan Tangan di Atas Api oleh Hayden (halaman 149).

“Api cuma bisa membakar tanganmu kalau kau bergerak terlalu pelan. Kau bisa memainkannya semaumu dan tak akan pernah terbakar, asal kau cukup cepat. Semua orang memang tahu hasilnya, tapi tak ada yang tahu cara kerja pemisahan raga. Aku kepingin tahu bagaimana prosesnya. Apakah seketika itu juga, atau mereka menyuruhmu menunggu? Apakah mereka memperlakukanmu dengan baik, atau malah tak acuh?”

2. Teori Jiwa dan Cinta oleh Diego (halaman 237).

“Seseorang tak punya jiwa sampai dia dicintai. Jika seorang ibu mencintai bayinya, menginginkan bayinya, bayi itu mendapat jiwa sejak ibu mengetahui kehadirannya. Saat kau dicintai, itu saat kau mendapat jiwa.”

Aku yakin itu bukan spoiler karena tidak ada hubungannya sama sekali dengan jalan cerita, hanya sebagai perenungan pembaca. Dan aku harus menuliskannya untuk diriku sendiri, tentu saja. Juga untuk kalian yang mungkin, akan sangat ingin tahu setelah membaca review ini. Tertarik? Jangan bengong saja di situ! Lari ke toko buku, beli dan baca!