26 Februari 2017

Ulasan Buku: Tanaman Monster

Judul : Tanaman Monster (Weird and Wicked Series #1)
Pengarang : Ernita Dietjeria
Penerbit : Kiddo (imprint KPG)
Tahun : 2014
Dibaca : 15 Februari 2017
Rating : ★★★

Mata pelajaran apa yang kamu sukai ketika Sekolah Dasar dahulu? Matematika? Bahasa Indonesia? IPA? IPS? Kala itu aku berpikiran harus menyukai IPS setelah mengenal Geografi karena terdapat cuplikan namaku pada kata itu. Kenaifanku tersebut membuatku sangat menyukainya. Bahkan aku ingat saat kelas 4 SD diberi tugas untuk membuat peta timbul menggunakan bubur kertas koran dan aku sangat menikmati setiap proses merendam kertas, membuat gambar yang sesuai skala pada alas, membentuknya, menunggunya dijemur, hingga memberi warna pada peta tersebut. Hingga waktunya pengumpulan karya, aku dikejutkan dengan buatanku yang tidak bagus-bagus amat dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Saat itulah aku menyadari untuk mengganti mata pelajaran favorit. Dan aku memilih IPA karena ada Biologi yang masih membahas tentang alam dan ruang terbuka. Entah kenapa aku begitu impulsif saat itu.

***

Tonit begitu ambisius dengan tugas mencari tanaman unik untuk mata pelajaran IPA. Dia mengajak Alvin, temannya, untuk pergi ke hutan dan mencari tanaman yang sesuai dengan keinginannya. Saat Alvin memintanya untuk pulang karena hari sudah hampir gelap, Tonit akhirnya menemukan sebuah tanaman yang berbentuk seperti kantung dan memiliki duri-duri pada permukaannya. Tonit yakin hanya dirinya yang akan membawa tanaman itu. Ia asal mengambil dan membawanya pulang tanpa mengetahui tanaman apa yang dia pilih itu. Tanpa mengetahui hal besar yang akan menimpanya setelah kehadiran tanaman itu.

Setelah mengetahui tanaman apa yang dibawanya pulang, Tonit menjadi semakin antusias untuk merawatnya. Tanaman berkantung itu ternyata karnivora yang memakan lalat dan serangga-serangga lainnya. Tanaman itu juga sangat mahal bila dijual karena langka dan banyak orang yang ingin memilikinya. Tonit semakin bergesa untuk memberinya makan. Tidak hanya serangga, ia memberi tanaman itu ayam goreng bahkan rendang daging sapi. Semuanya demi tanaman itu semakin tumbuh besar sehingga bernilai jual tinggi. Setelah mendapatkan uangnya, ibunya tak perlu lagi bekerja dan bisa menghabiskan waktu bersamanya dan kakaknya lagi. Apakah semua akan berakhir sesuai rencananya?

23 Februari 2017

BBI Share the Love 2017: Cuap-Cuap Pamungkas Sharie

Edited by Me

Akhirnya acara yang sedikit bikin pusing ini berada di pengujung. Aku ingat ketika pertama kali berkenalan dengan Sharie dan memintanya untuk memberikan ide segar. Kami memikirkan banyak topik untuk diangkat dalam tukar pos kali ini dan berakhir pada ide untuk menceritakan apa yang membuat masing-masing dari kami begitu menyenangi membaca. Aku menuliskannya di blog Sharie dan begitu pula sebaliknya. Satu hal yang pasti adalah intensitas komunikasi kami semakin sering karena kami sama-sama diskusi untuk menentukan konsep yang berbeda namun tidak sampai membuat kami berdua kerepotan. Yah, kamu tahulah, bagaimana jika orang yang memiliki kesibukan mencoba untuk berkomitmen dengan acara yang diikutinya. 

Pada pos kali ini. Aku ingin bercerita tentang Sharie yang sangat menyukai buku-buku karya Agatha Christie. Aku bertanya tentang karakter favoritnya dari karya Agatha Christie dan jawabannya adalah: Aku suka Miss Marple karena kami sama-sama perempuan. Terus aku merasa kalau Miss Marple itu adalah Agatha Christie. Hehe. Selain itu, mungkin karena aku suka orang yang terlihat biasa-biasa saja namun menghanyutkan. Tahu kan kalau Miss Marple itu perempuan tua? Tapi karena kesehatannya yang rentan itu, kadang ia tidak "dianggap" oleh si tersangka. Selain itu, kala menyelidiki secara personal, ia bisa membuat penyamaran dengan merumpi. Padahal sebenarnya ia sedang menggali informasi. Jadi ingin seperti Miss Marple dari segi ketajaman pikirannya. Dan berharap kalau tua nanti masih bisa menikmati bacaan bergenre kriminal dan thriller. 

Aku tidak pernah tahu siapa itu Miss Marple. Aku baru membaca satu buku karya Agatha Christie yang berjudul "And Then There Were None" dan itu juga karena aku menyukai serial televisinya yang sudah diadaptasi pada 2015 lalu. Dan, memang, bagus. Aku sempat mencari referensi karya Agatha Christie lain yang mungkin bisa kubaca dan beberapa teman memberi rekomendasi buku yang judulnya "Murder on the Orient Express". Doakan aku, teman-teman, agar bisa membacanya suatu hari nanti. Terima kasih.

22 Februari 2017

Blog Tour: Milea + Giveaway

Judul : Milea: Surat dari Dilan
Pengarang : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books
Tahun : 2016

Sebuah buku bisa sangat laku karena beberapa hal. Pertama, bisa jadi buku tersebut ditulis oleh seorang terkenal yang telah melanglang buana di dunia publik figur sehingga banyak orang yang tahu tentangnya dan mungkin saja menggemarinya. Dengan begitu, sang penulis tak perlu payah untuk mempromosikan bukunya karena sudah pasti banyak orang yang akan penasaran buku apa yang ditulis olehnya sehingga membelinya. Yang kedua adalah keunikan dari buku itu sendiri. Entah itu digadang-gadang sebagai pionir dari sebuah genre atau subgenre, karakternya yang kuat, gambar sampulnya yang sangat ingin dimiliki dan dibaca, atau yang lainnya.

***

Dilan akhirnya bicara. Ia menyampaikan kisah yang sudah diceritakan oleh Milea melalui sudut pandangnya sendiri. Dimulai dari masa kecilnya yang bahagia dan harmonis bersama orang tua di Bandung, pertama kali melihat gadis rupawan bernama Milea Adnan Hussein, sampai kisah-kisah selanjutnya yang, sebenarnya, sudah disampaikan oleh Milea pada dua buku sebelumnya. Tapi, bila memang banyak yang memintanya angkat suara, Dilan harus apa? Tentu harus melakukan permintaan tersebut. Maka dengan buku ini, Dilan menumpahkan semua yang dirasakannya dan memberikan penjelasan tentang apa yang sudah dilaluinya.

Dilan bercerita tentang kecemburuannya terhadap Milea kala gadis itu diajak pergi ke ITB oleh Kang Adi. Sampai beberapa hari setelahnya ibunya Milea menelepon Dilan dan memberi tahu bahwa Milea menangis karena merasa sudah membohongi Dilan karena sudah berjanji tidak akan pergi saat itu. Melalui buku ini, Dilan juga bercerita ketika ia menghajar Anhar karena Anhar menampar Milea. Padahal Anhar belum menjelaskan apa pun kepada Dilan. Dilan berpendapat bahwa ia masih terbawa emosi, padahal Anhar hanya ingin Dilan memberikan perhatian kepada sahabat-sahabatnya setelah berpacaran dengan Milea.

19 Februari 2017

Ketakutan yang Tersaji dalam Semua Ikan di Langit

Edited by Me

"Menyayangi itu adalah kegiatan yang menakutkan." (hal. 64)

Ada tiga cara mendapatkan manisnya iman yang disampaikan khatib saat khutbah Jumat kemarin. Salah satu caranya adalah dengan merasa takut kepada Tuhan. Hal ini penting karena bagaimana seseorang bisa beriman bila berani hengkang dari apa yang dipercayainya. Menurut Alquran dan Hadis, takut merupakan sifat orang yang bertaqwa dan menjadi bukti iman kepada Tuhan. Dalam perkara rasa takut ini, khatib mengingatkan kembali tentang memperhitungkan akibat dari apa yang sudah dan akan dikerjakan. Kalau membawa pahala, maka lakukan. Kalau membawa dosa, maka tinggalkan.

Ketakutan memang menakutkan. Mereka benar-benar bisa jadi penghalang seseorang untuk maju atau setidaknya menikmati hidup. Dengan berpikiran pada ketakutan-ketakutannya, seseorang tidak bisa tidur. Seorang lainnya terlalu menanggapi ketakutannya sehingga tidak pernah beranjak untuk melakukan hal lain. Ada pula orang yang coba membuat sebuah pilihan yang akan mengubah hidupnya namun terlalu lama untuk memikirkan ketakutan-ketakutannya dan berakhir dengan kegagalan karena terlambat untuk melakukannya. Namun, sepertinya setiap persona memiliki ketakutannya masing-masing. Biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan bersifat pertaruhan tentang hidup yang tidak akan diketahui sebelum mengalaminya namun terus-menerus menghantui. Memang, kebanyakan ketakutan-ketakutan tersebut biasanya berkenaan dengan keberlangsungan hidup.

14 Februari 2017

BBI Share the Love 2017: Sharie dan Kecintaannya pada Membaca + Giveaway

Edited by Me

Sebenarnya sudah sejak lama aku kenal dengan istilah Hari Kasih Sayang atau yang biasa disebut Valentine. Selama itu pulalah aku bertanya-tanya apa sih yang dilakukan orang-orang pada Hari Kasih Sayang. Apakah mereka saling berpelukan dalam kurun waktu beberapa menit? Saling memberi hadiah seperti cokelat atau bunga? Menyalurkan kebahagiaan bersama orang-orang tedekat dengan cara mentraktir mereka? Atau apa? Bukannya kasih sayang sudah semestinya ada setiap manusia itu bernapas? Pertanyaan itulah yang kemudian membuatku bertanya kepada beberapa teman tentang arti Hari Kasih Sayang menurut mereka. Setelah tahu jawabannya, aku pun tahu bahwa mereka sebenarnya juga tidak merayakan Hari Kasih Sayang.

Seperti Hari Ibu yang merupakan saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaan sayang kepada ibu tercinta, Hari Kasih Sayang juga dibuat sebagai momentum untuk merayakan perasaan kasih dan sayang masing-masing individu. Bila lebih dibuat simpel lagi, ini juga seperti perayaan ulang tahun. Kita tahu bahwa setiap harinya umur kita bertambah. Namun, ada satu momen ketika kita berada tepat pada hari ketika umur kita bertambah. Dan hal itu membuat kita ingat bahwa kita sudah semakin tua dan harus menjadi lebih dewasa.

Pada momen Hari Kasih Sayang tahun ini, BBI membuat acara BBI Share the Love 2017 yang salah satu tujuannya adalah menunjukkan kasih sayang dengan memberikan hadiah buku sesama anggota. Aku yang ingin tetap eksis di komunitas ini tentu tidak mau ketinggalan. Setelah mendaftarkan diri, aku mendapatkan pasangan untuk saling menunjukkan kasih sayang dengan cara saling membelikan buku. Pasanganku adalah seorang wanita yang berdomisili di Karawang bernama Ratna Sari atau yang dirinya sendiri ingin kupanggil Sharie. Sebenarnya kami sudah saling berinteraksi melalui media sosial, namun tidak sampai sejauh itu.

11 Februari 2017

Ulasan Buku: Before Us

Judul : Before Us
Pengarang : Robin Wijaya
Penerbit : GagasMedia
Tahun : 2012
Dibaca : 10 Februari 2017
Rating : ★★★

"Rasa tak harus selalu diterjemahkan. Biar ia membimbing kita menuju tempat yang semestinya, tanpa perlu kita tanya." (hal. 80)

Entah ini sebuah pepatah atau kutipan atau hanya pendapatku saja, bahwa membaca buku adalah membaca peradaban dan zaman. Ketika kamu membaca buku-buku klasik yang sudah bertahun-tahun lalu dibuat, kamu akan tahu sedikit-banyak tentang apa yang diceritakan pada masa itu. Begitupun ketika kamu membaca buku-buku yang sudah beberapa tahun diterbitkan. Seperti buku ini yang terbit pada 2012 dan menceritakan tentang dua sahabat yang suka menonton film VCD dan mereka saling berkirim pesan melalui BlackBerry Messenger. Aku berpikir, ya, mungkin saja pada masa itu aplikasi berkirim pesan BBM sangat populer dan orang-orang masih mencari bahan tontonan melalui kepingan VCD. Tahun-tahun berlalu, dan kini sudah banyak yang menonton film via streaming dan juga meninggalkan aplikasi BBM. Zaman berubah. Orang-orang berubah.

***

Tidak mudah bagi Agil Aditama menjadi seorang suami setelah sahabatnya kembali. Hampir bertahun-tahun tidak berkontak, Radith Satya yang baru pulang dari Korea menemuinya untuk melepas rindu. Saat itu, Agil masih dalam masa persiapan pernikahan bersama Ranti, temannya dan Radith sejak zaman kuliah. Agil sedang sibuk-sibuknya mencicil satu demi satu keperluan pernikahannya dengan Ranti. Namun, kehadiran Radith membuatnya merasa tidak keruan. Memori masa lalunya bersama Radith kembali mengemuka, saat-saat menyenangkan ketika menonton film bersama melalui VCD dan yang lainnya. Juga memori tentang perasaannya terhadap Radith.

Tentu beralasan mengapa Agil begitu risau ketika Radith datang. Radith adalah masa lalunya. Sahabat yang lebih dari sekadar sahabat. Mereka saling bergantung. Mereka saling terikat. Bahkan ketika mereka satu sama lain memperkenalkan pacarnya, masing-masing dari mereka merasa cemburu. Perasaan yang muncul bukan secara tiba-tiba. Mereka seperti memupuknya, namun terlalu banyak sehingga berlebihan. Namun, apa perasaan itu salah? Bagaimana dengan masa depan Agil dan istrinya?

06 Februari 2017

Blog Tour: Simon vs the Homosapiens Agenda + Giveaway

Judul : Simon vs the Homosapiens Agenda
Pengarang : Becky Albertalli
Penerbit : Spring
Tahun : 2017
Dibaca : 5 Februari 2017
Rating : ★★★

Internet bagai tsunami yang menerjang sebuah pantai yang damai. Begitu tiba-tiba. Begitu besar. Bagi mereka yang sudah bersiap mungkin akan lekas menuju dataran yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri. Tapi bagi mereka yang berleha-leha dan terlalu menikmati keindahan pantai, akan hanyut terbawa arus. Banyak orang Indonesia yang terjebak dengan internet—terutama media sosial. Ada yang berpamitan untuk bertemu seseorang yang baru dikenalinya vis media sosial dan berakhir dengan meninggal dunia. Namun, tidak banyak yang menemukan jodoh mereka melalui internet. Mungkin kamu dan aku juga. Entahlah.

***

Simon Spier menemukan sebuah pos di Tumblr. Mungkin pos tersebut tidak berarti bagi orang lain tetapi tidak bagi Simon. Ia ingin mengetahui siapa pemilik pos tersebut dan menemukan alamat surelnya. Memberanikan diri, ia akhirnya mengirimkan sebuah pesan kepada alamat pseudonim itu. Sayangnya, tidak ada balasan sampai berhari-hari setelahnya dan ia hampir menyerah. Sampai keajaiban itu datang dengan balasan surel dari pemilik pos Tumblr. Nama samarannya Blue—yah, setidaknya itu sebuah nama—dan mereka satu sekolah yang sama.

Korespondensi di antara mereka berdua berjalan semakin intim namun tetap aman sampai Martin menemui Simon pada hari itu. Hari di mana Simon lupa keluar dari akun surel pseudonimnya. Hari di mana Martin memiliki screenshot balas-balasan surelnya dengan Blue. Hari di mana Martin menginginkan di-PDKT-kan dengan Abby, cewek populer yang sangat dekat dengan Simon. Hari di mana Simon tahu kalau ia sedang diperas. Hari di mana mungkin segalanya akan berakhir bagi Simon dan Blue.

04 Februari 2017

Petuah Berbalut Perumpamaan dari The Return of the Young Prince

Edited by Me
"Berpeganglah pada prinsip-prinsipmu dan kau akan mengilhami orang lain; sadarlah akan keberadaanmu dan kau akan membangunkan mereka yang hidup sambil tidur. Hiduplah dengan bertujuan dan kau akan memenuhi takdirmu." (hal. 40)

Membaca berarti menyelami kisah-kisah penulis dan pendapat-pendapatnya. Sebagian yang saking sangat mirip dengan keadaanmu membuatmu begitu setuju dengan pendapatnya. Namun, sebagian yang lain tidak bisa diterima karena, yah, tidak masuk akal bagimu. Hal-hal seperti ini yang menjadi menarik jika dituliskan kembali. Tak heran jika satu buku memberikan arti dan pandangan berbeda-beda bagi setiap pembacanya. Dan bagiku, ada tiga petuah yang dibungkus perumpamaan dari "The Return of the Young Prince" yang dapat kusarikan sebagai berikut.

1. Perumpamaan Pintu

Bahasan ini berada di awal ketika Pangeran Muda baru saja mengobrol dengan si pengemudi. Ia bertanya tentang "masalah" yang dijawab panjang lebar oleh si pengemudi. Teorinya sederhana. Bahwa masalah ibarat pintu yang kuncinya tidak dimiliki, seperti yang dijabarkan pada Bab III buku ini. Masing-masing persona harus mencari kunci yang cocok, dan memasukkannya ke dalam lubangnya dengan benar. Yang terlihat sederhana namun sebenarnya tidak seperti itu. Si pengemudi menjelaskan bahwa beberapa orang bahkan tidak menemukan kunci itu—bukan karena mereka tidak mempunyai otak, melainkan karena mereka tak mau mencoba beberapa kali dengan kunci-kunci yang sudah mereka miliki, dan kadang-kadang mereka tidak mau mencoba sama sekali.

Penjabaran tentang perumpamaan rumah dan kunci benar-benar panjang lebar dan aku tidak akan menyebutkan semuanya di sini. Aku kembali diingatkan bahwa masalah bukan untuk dihindari tetapi untuk diakhiri. Aku ingat baru-baru ini ibuku bicara tentang masalah. Beliau berkata bahwa masalah memang selalu hadir dalam hidup dan pasti akan bertemu penyelesaiannya. Jangan terlalu dirundung kesedihan dan kekecewaan. Percayalah, di balik kesulitan dan masalah, pasti ada kemudahan. Itulah yang Tuhan katakan melalui kitab-Nya.

02 Februari 2017

Temukan Makna Cinta dalam Love Is... Karya Puuung

Edited by Me

Februari tiba! Aku ingat tahun lalu aku menulis tentang Hari Kasih Sayang sembari memeriahkan Posting Bareng BBI 2016. Kamu tahu kan, bahwa sebagian orang menganggap merayakan Hari Kasih Sayang adalah haram dan tidak dibolehkan oleh agama. Maka, aku angkat topik itu dan meminta pendapat teman-teman bloger lain tentang Hari Kasih Sayang. Sayangnya, tahun ini BBI tidak mengadakan Posting Bareng lagi dan membuat terobosan baru dengan Read and Review Challenge 2017. Bilapun ada Posting Bareng lagi, apa ya tema yang sekiranya tidak melulu tentang Hari Kasih Sayang di Februari?

Lupakan tentang Hari Kasih Sayang serta segala pro-kontranya dan mari bicara soal kasih sayang itu sendiri. Menurut KBBI V, kasih sayang adalah cinta kasih atau belas kasihan. Nah, aku sebenarnya menginginkan arti yang lebih utuh dari frasa tersebut namun aku malah mendapatkan frasa sebagai arti dari frasa. Lucu sekali. Jadi, lebih baik aku memberikan pendapatku saja. Secara umum, kasih sayang adalah perasaan tanpa pamrih yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bisa jadi berlaku sebaliknya. Setidaknya itulah yang kutahu. Dan ternyata definisi cinta dan kasih sayang sangat luas. Aku mendapatkannya dari dua buku berilustrasi karya Demi Park atau—nama bekennya—Puuung. Dua buku itu masing-masing berjudul "Love Is..." dan "Love Is... 2". Judul simpelnya menyimpan makna mendalam tentang arti cinta dan kasih sayang. Tidak banyak, dua poin di bawah inilah yang membuatku kembali mengerti makna cinta dari dua novel grafis karya Demi Park.