19 Februari 2017

Ketakutan yang Tersaji dalam Semua Ikan di Langit

Edited by Me

"Menyayangi itu adalah kegiatan yang menakutkan." (hal. 64)

Ada tiga cara mendapatkan manisnya iman yang disampaikan khatib saat khutbah Jumat kemarin. Salah satu caranya adalah dengan merasa takut kepada Tuhan. Hal ini penting karena bagaimana seseorang bisa beriman bila berani hengkang dari apa yang dipercayainya. Menurut Alquran dan Hadis, takut merupakan sifat orang yang bertaqwa dan menjadi bukti iman kepada Tuhan. Dalam perkara rasa takut ini, khatib mengingatkan kembali tentang memperhitungkan akibat dari apa yang sudah dan akan dikerjakan. Kalau membawa pahala, maka lakukan. Kalau membawa dosa, maka tinggalkan.

Ketakutan memang menakutkan. Mereka benar-benar bisa jadi penghalang seseorang untuk maju atau setidaknya menikmati hidup. Dengan berpikiran pada ketakutan-ketakutannya, seseorang tidak bisa tidur. Seorang lainnya terlalu menanggapi ketakutannya sehingga tidak pernah beranjak untuk melakukan hal lain. Ada pula orang yang coba membuat sebuah pilihan yang akan mengubah hidupnya namun terlalu lama untuk memikirkan ketakutan-ketakutannya dan berakhir dengan kegagalan karena terlambat untuk melakukannya. Namun, sepertinya setiap persona memiliki ketakutannya masing-masing. Biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan bersifat pertaruhan tentang hidup yang tidak akan diketahui sebelum mengalaminya namun terus-menerus menghantui. Memang, kebanyakan ketakutan-ketakutan tersebut biasanya berkenaan dengan keberlangsungan hidup.

Ketakutan sebenarnya hal baik

Seorang soul-infuser dalam tulisannya di The Huffington Post menyebutkan bahwa ada beberapa alasan kenapa ketakutan sebenarnya hal baik. Alasan pertama karena keberanian dan ketakutan berjalan beriringan. Jika kamu memiliki sebuah keinginan yang besar untuk dilakukan, hal pertama yang terpikirkan adalah mengantisipasi ketakutan yang akan terjadi. Namun, pada saat yang sama, kamu merasa bahwa ketakutan tersebut memberikan keberanian untuk melakukan apa yang kamu inginkan.

Alasan selanjutnya: ketakutan bersifat instruktif. Aku mengutip bahwa ketika kita sudah memantapkan diri bahwa hidup yang kita jalani bukan lagi sebuah mara bahaya, ketakutan yang kita miliki akan menjadi berguna dengan cara yang berbeda. Coba pikirkan bagaimana ketakutan itu timbul. Ia timbul sebagai aset tambahan untuk mengarahkan kita ke daerah yang kita perlu menyelidikinya lebih dekat. Jenis ketakutan ini timbul sebagai bimbingan yang sangat dibutuhkan. Contoh, jika kamu akan tampil di panggung untuk pertama kali. Ada rasa takut dan grogi yang menyertaimu. Ketakutan itu berbentuk lebih detail seperti takut tidak bisa bicara dengan lancar dan takut membuat audiens kecewa dengan penampilanmu. Namun, ketakutan tersebut malah jadi pecutmu untuk berlatih lebih keras lagi agar penampilan pertamamu itu menjadi pengalaman pertama yang tak terlupakan.

Jenis takut berbeda-beda

Aku menulis ini sembari berpikir apa yang merupakan ketakutanku yang merundungi selama ini. Mungkin ketakutan utamaku adalah takut mati sia-sia. Ketakutan yang lain adalah takut tidak bahagia, takut tidak bisa membahagiakan orang-orang di sekitarku, takut jadi pecundang, dan sedikit takut naik roller coaster. Yah, mungkin setiap orang memiliki ketakutan seperti itu. Dan, memang, ketakutanku tidak spesifik karena—aku merasa beruntung—tidak terlalu memikirkannya. Itu mungkin merupakan jenis ketakutan yang umum dan dapat diatasi. Namun, ada pula ketakutan yang benar-benar merujuk pada gangguan kesehatan hingga gangguan kejiwaan. Yang paling biasa terjadi adalah insomnia.

Di atas aku menjelaskan tentang rasa takut kepada Tuhan yang sepertinya merupakan sebuah kemutlakan bagi umat beragama. Ini merupakan jenis ketakutan yang berbeda lagi. Sebagai orang yang beriman, ia harus tahu betul tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang. Tuhan telah menciptakan sebuah sistem balasan kepada umatnya. Bila ia melakukan kebaikan, ia mendapat pahala. Bila ia melakukan keburukan, ia mendapat dosa. Dosa inilah yang menjadikan umat Tuhan merasa takut. Ia akan berusaha menghindari berlaku keburukan karena takut akan azab yang akan diberikan Tuhan. Ia juga takut akan siksaan api neraka. Sekali lagi, ketakutan kepada sang pencipta mutlak adanya. Seperti sebuah bus yang amat patuh kepada satu-satunya penumpangnya dalam "Semua Ikan di Langit".

Judul : Semua Ikan di Langit
Pengarang : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit : Grasindo
Tahun : 2017
Dibaca : 17 Februari 2017
Rating : ★★★

"Tidak semua hal yang kita harapkan bisa didapatkan; itu kata banyak orang yang mencoba menghibur dirinya sendiri sambil menumpang berkendara menyusuri trayek saya." (hal. 23)

Pekerjaannya hanya mengantar penumpang bersama Pak Sopir dan Pak Kondentur setiap hari di trayek Dipatiukur-Leuwipanjang. Pada suatu ketika, tiba-tiba ia diajak oleh Beliau ke luar angkasa untuk "jalan-jalan" dan memulai trayek baru. Sebenarnya, Beliau hanya butuh kendaraan untuk melanglang buana ke seluruh penjuru alam semesta dan memilihnya. Ia sama sekali tidak tahu ke mana Beliau akan membawanya. Ia sama sekali tidak tahu apa pun sebelumnya selain rute jalan yang itu-itu saja. Ia juga tidak mengerti sebagian besar keberlangsungan hidupnya bermanfaat untuk apa selain mengantar para penumpang. Hingga ia "jalan-jalan" bersama Beliau.

Di tengah-tengah petualangannya bersama Beliau, ia bertemu dengan Nadezhda, seekor betina yang perasa berkebangsaan Rusia. Dari ceritanya, kecoa bule itu bilang ia ditangkap dan disekap di ruang penyiksaan berbentuk ubur-ubur oleh manusia-manusia setengah setan. Padahal ia sedang hamil dan ia melahirkan 33 anak di dalam sana yang, sayangnya, mengalami penuaan dini karena stres berada dalam tawanan. Nad bercerita sambil sesenggukan. Ia merasa berterima kasih kepada yang mengeluarkannya dari ruangan terkutuk itu. Setidaknya, kini, Nad berada di tempat yang aman bersama Beliau dan sebuah bus.

***

Setelah membaca cuplikan di atas, kamu pasti akan menganggap ceritanya sungguh aneh. Bagaimana mungkin ada bus yang jalan-jalan di luar angkasa? Bagaimana mungkin ada kecoa di ruang angkasa? Bagaimana mungkin semuanya menjadi satu kesatuan cerita dan bermakna sehingga menjadi pemenang dalam sebuah sayembara bergengsi baru-baru ini? Percayalah, pertanyaan-pertanyaan itu yang akan membuatmu harus segera membacanya. Aku pun bertanya-tanya apa gerangan yang terjadi pada pemenang tunggal ini. Tunggal lho! Yang seharusnya ada juara satu, dua, dan tiga, kali ini cuma ada satu saja. Bukankah itu sesuatu yang amat sangat spesial?

Kuputuskan baca buku ini dan mengenyahkan daftar bacaan lain. Aku, yang amat suka dengan genre fantasi, disuguhkan kisah tentang bus melayang yang berlanjut pada absurditas-absurditas lainnya. Awalnya, memang rada sukar untuk mencerna karena, mengejutkannya, fantasi yang dibeberkan di sini sedikit berbeda. Benar bisa membuat seseorang berimajinasi. Benar bisa membuat orang berpikiran di luar akal. Tapi, semesta yang dibuat di sini perlu waktu untuk dinikmati. Yang pada akhirnya, aku bisa menikmati setelah pertemuan dengan Nad. Dan, sungguh, aku pikir cerita pada buku ini adalah tentang Nad.

Dan, di sinilah asyiknya membaca buku ini. Aku seperti membaca sebuah hadis dalam bentuk fiksi yang mudah dipahami. Fiksinya juga tidak sembarang fiksi yang asal gurat. Fiksinya sangat merepresentasi kehidupan nyata. Konsep cerita yang dibawakan adalah kelompok Beliau mengunjungi tempat-tempat secara acak dan menyiratkan pelajaran kehidupan bagi yang mengalaminya. Apalagi dari sudut pandang bus yang tidak banyak tahu. Ia begitu polos menelan apa pun yang diterimanya selama petualangan. Seperti umat yang betul-betul patuh menerima ajaran-ajaran dari sang nabi. Dan sudah pasti ia akan ikut menjadi mulai. Dalam ulasan sekalimatku, aku bilang buku ini sebagai pengandaian ilahiah yang dibawakan secara absurd.

Ziggy Ketiga senang melamun

Satu hal yang pasti tentang buku ini: suguhan kisah sangat baru dan segar. Mungkin pertimbangan inilah yang menjadikannya memelesat jauh dari naskah lainnya. Aku juga berpikir sama ketika buku ini disebut-sebut mengingatkan kepada "The Little Prince" karya Antoine de Saint-Exupéry seperti yang disampaikan oleh dewan juri Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2016. Aku yakin buku ini akan jadi pedoman kesusastraan dan inspirasi ide bagi penulis-penulis lain. Dan pembaca akan sedikit-banyak terpengaruh oleh kejadian-kejadian di dalam buku ini. Pengaruh paling receh yang kudapat adalah ketika menaiki bus, mungkin aku tidak akan menginjak lantainya terlalu lama karena bisa jadi bus itu bakal tahu semua rahasiaku sampai aib-aibku.

Oh ya, tahukah kamu bahwa buku ini juga diselipi ilustrasi karya sang penulis? Bila aku seorang fanatik, mungkin sudah kujadikan Ziggy santo karena dia begitu berbakat! Aku berterima kasih kepada penerbit dan—terutama—kepada editornya! Aku yang perfeksionis ini akan mengetahui seberapa banyak kesalahan ketik pada sebuah buku. Tapi, di buku ini hampir nihil. Sebuah usaha yang patut diapresiasi! Aku merekomendasikan buku ini kepada siapa saja yang ingin mengingat kembali nilai-nilai ilahiah yang paling dasar, seperti: apakah kamu benar-benar percaya akan Tuhan?

"Orang-orang yang percaya bahwa ia bisa menemukan penjelasan di balik keajaiban mungkin tidak percaya 'keajaiban' itu ada sama sekali." (hal. 162)

Ulasan ini diikutsertakan dalam "Read and Review Challenge 2017" kategori Adventure dan "PNFI Review Challenge".

3 komentar :

  1. Buku yang lumayan dinanti karena prestasinya. Penasaran dengan kekuatan ceritanya sampai diganjar juara

    BalasHapus
  2. Baru baca belum sampai setengah buku pun aku udah terpengaruh enggak mau nginjak lantai bus lama-lama, takut ketahuan semuanya :))

    BalasHapus
  3. Super sekali ulasannya! =)))

    BalasHapus