07 November 2016

Mengenal Asal-Usul Kambing Hitam pada Abad Pertengahan

Edited by Me
"Ain't I already been whipped twice today? Gaw! What's the prince done now?" (hal. 2)

Seorang anak ditakdirkan menjadi penerima hukuman bagi seorang pangeran cilik yang begitu bandel. Ia biasanya berasal dari kalangan bawah dan ditarik ke istana karena diiming-imingi hidup yang layak. Jika sang pangeran nakal, tidak patuh, tidak hormat, maka si anak deraan inilah yang harus menerima hukumannya. Di hadapan sang raja, sang pangeran yang bandel mendapatkan hukuman melalui si anak deraan, biasanya berbentuk cambuk. Alasannya sudah jelas, agar sang pangeran merasa bersalah setelah melihat si anak deraan kesakitan atas perlakuan yang sebenarnya dilakukan oleh sang pangeran itu sendiri. Pihak kerajaan tidak merasa itu hal yang salah, toh si anak deraan mendapatkan hidup yang layak di dalam istana dan itu adalah sebuah pekerjaan yang lumrah kala itu.

***

Itulah yang dialami Jemmy 'The Whipping Boy' setelah diambil ke istana setelah beberapa tahun. Hari itu Jemmy sudah menerima dua kali deraan dan akan mendapatkan yang ketiga setelah Prince Brat melakukan hal usil kepada raja dan ratu—menarik jatuh wig mereka saat makan malam bersama para tamu. Karena kelakuan Prince Brat itu, Jemmy mendapatkan 20 kali deraan. Dan itulah yang selalu Jemmy terima setiap hari; pekerjaannya, takdirnya. Namun sepertinya Prince Brat tidak merasakan secuil pun penyesalan atas apa yang seharusnya dia terima atas ulahnya itu. Tak hanya itu, malam itu juga Prince Brat mengunjungi kamar Jemmy dan mengatakan ia tidak puas atas apa yang diterima Jemmy dan ia memerintah agar Jemmy berteriak saat menerima setiap deraan yang menyakitkan itu bagai babi menguik.

Suatu malam Prince Brat meminta Jemmy untuk kabur dari istana. Tentu itu mengagetkan Jemmy karena: kenapa harus dia? Bukankah Prince Brat tidak menyukainya? Lalu, akan pergi ke mana mereka? Prince Brat tidak menyukai istana, ia harus belajar baca, tulis, hitung yang tidak bisa dilakukannya. Sang pangeran bahkan tidak bisa menuliskan namanya sendiri karena ia bisa menyuruh orang untuk membacanya. Begitupun untuk menulis dan menghitung. Tapi ia terlalu jenuh akan hal itu. Kisah ini dimulai ketika mereka berdua keluar dari istana menunggangi kuda. Petualangan apa yang akan mereka dapatkan? Akankah petualangan ini akan mengubah perangai dan tingkah laku Prince Brat? Oh, dan tentu saja ini kesempatan Jemmy untuk pergi selamanya dari pekerjaannya itu.

***

Membaca buku ini membuatku penasaran setengah mati dengan whipping boy yang katanya pernah eksis pada masa lalu. Maka itu buku ini disebut fiksi-historis, karena whipping boy pernah ada dan menjadi sejarah. Sebenarnya kesakitan Jemmy pada buku ini tidak terlalu ditonjolkan. Tapi apakah penulis menutup-nutupinya agar bisa dibaca segala usia? Bukankah tragedi yang menyakitkan tidak baik dikonsumsi oleh anak-anak? Jadi, aku mulai mencari tahu tentang whipping boy yang sepertinya aku yakin menarik untuk dibahas.

Oxford Dictionaries mendeskripsikan bahwa whipping boy is a peron who is blamed or punished for the faults or incompetence of others. Itu berarti umum yang menyatakan whipping boy adalah orang yang disalahkan atas kesalahan orang lain, semacam kambing hitam. Dan memang bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia, whipping boy berarti kambing hitam dan ini berarti whipping boy sudah menjadi frasa yang tidak bisa diganggu gugat. Bukan lagi berarti whipping boy harus didera oleh bocah laki-laki (boy).

Pada kamus yang sama, whipping boy disebutkan berasal dari istilah asli yang digunakan pada pertengahan abad ke-17 yang menunjukkan seorang anak yang 'dididik' oleh pangeran muda atau anggota kerajaan yang lain dan dihukum alih-alih dirinya. Aku tidak akan mempermasalahkan pertanyaan pada tahun berapa sebenarnya hal-yang-katanya-dibilang-pekerjaan-ini dimulai, aku lebih tertarik pada pertanyaan mengapa pekerjaan ini muncul. Nah, menurut Wikipedia, hal ini diciptakan untuk memenuhi gagasan The Divine Right of Kings atau doktrin politik dan religius dari legitimasi kerajaan kala itu yang menyatakan bahwa pangeran muda akan menjadi perpanjangan atas garis keturunan itu, sehingga tidak ada tetapi raja akan menjadi layak menghukum sang pangeran. Gagasan ini tentu menciptakan masalah besar karena sang pangeran muda toh tetap harus dihukum atas kesalahannya.

Ilustrasi Peter Sis pada halaman 3

Lucunya, dalam rangka untuk memiliki whipping boy menjadi alat yang efektif untuk mendisiplinkan sang pangeran muda, sang pangeran muda harus merasa empati untuk anak laki-laki mencambuk sehingga mereka harus membentuk ikatan emosional. Tapi apakah semua pangeran muda bisa memiliki ikatan emosional seperti itu? Ini seperti yang terjadi pada Prince Brat terharap Jemmy. Ia bahkan sepertinya senang dengan apa yang diterima Jemmy atas kesalahannya. Tentu ini seperti semacam perlakukan sia-sia, tidak masuk akal, dan bisa dibilang keji, apalagi yang mengalaminya kebanyakan adalah anak-anak. Bagaimana mungkin kamu bersalah tapi orang lain yang menerima akibat dari kesalahanmu?

Sudah jelas kenapa buku yang tidak mencapai 100 halaman ini menjadi pemenang Newbery Award. Isu yang diangkatnya sungguh kontroversial. Kisah antara Prince Brat dan Jemmy yang tidak biasa ini memberikan pandangan lain tentang bagaimana seorang pangeran muda mendapatkan bimbingan melalui petualangan untuk menyukai whipping boy-nya. Ia mungkin tidak akan melakukan kenakalan konyol yang mengharuskan Jemmy menerima deraan lagi. Dan jika ia melakukan kesalahan, ia akan merasakan ikatan emosional seperti yang disebutkan di atas dan akan meminimalisasinya bahkan mungkin mengeliminasinya. Tapi, apa yang terjadi selama petualangan seru mereka? Aku tidak akan menyebutkannya.

Buku karya Sid Fleischman ini kudapatkan cetaknya dari situs penjualan buku daring, BetterWorldBook seharga sekitar tiga dollar. Aku mendapatkan versi hardcover terbitan Greenwillow Books tahun 1986, yang artinya aku mendapatkan cetakan pertamanya! Walaupun buku bekas, kondisinya masih layak baca dan—yang terpenting—layak simpan. Bahasa Inggris yang dibawakan oleh penulis mudah dipahami tetapi memiliki kosakata yang sedikit berbeda seperti penggunaan kata "gaw" dan "faw" yang sering digunakan Jemmy. Dan kata-kata yang banyak menggunakan tanda petik satu seperti cap't untuk kapten, carryin' untuk membawa, dan 'em untuk mereka. Setelah kulemparkan indikasi ini kepada teman-teman, mereka bilang itu hanya tentang dialek saja, seperti dialek dari Skotlandia atau biasa dikenal Doric.

Sebuah karya yang bagus seharusnya bisa memberikan pandangan baru akan satu hal yang sudah terpatri sejak lama. Karya yang bagus juga memberikan kisah-kisah yang menantang. Apalagi kisah remaja dan anak-anak! Betapa aku semakin tergila-gila pada buku-buku peraih penghargaan John Newbery Award. Mungkin aku harus menuliskannya lain waktu. Oh, dan aku memasukkannya pada kategori young adult, karena mereka toh sedang beranjak dewasa. Pencarian jati diri sangat kentara tersurat pada buku ini, terutama Prince Brat yang terlihat sekali kegalauannya.

Judul : The Whipping Boy
Pengarang : Sid Fleischman
Penerbit : Greenwillow Books
Tahun : 1986
Dibaca : 4 November 2016
Rating : ★★★

Buku ini meraih penghargaan John Newbery Medal Winner pada 1987.

Ulasan ini untuk tantangan Young Adult Reading Challenge 2016.

2 komentar :

  1. Nice review, Fii. Dapat tambahan kosa baru nih tentang whipping boy = kambing hitam

    BalasHapus