18 September 2016

Ulasan Buku: Fiksi Lotus

Judul : Fiksi Lotus: Kumpulan Cerita Pendek Klasik Dunia
Penerjemah : Maggie Tiojakin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2012
Dibaca : 17 Agustus 2016
Rating : ★★★

"Sebut saja pembersih sarung tangan. Mungkin saja cairan ini bisa membersihkan sarung tangan. Saya belum pernah mencobanya. Ada juga yang menyebutnya sebagai pembersih nyawa. Kadang-kadang nyawa pun perlu dibersihkan." (Ramuan Cinta - John Collier, hal. 11)

Aku ingat pernah membaca salah satu cerita pendek dari "Fiksi Lotus" dan aku bertanya-tanya di mana aku membacanya. Buku ini mengingatkanku dengan kumpulan cerita Amerika Latin yang pernah kubaca berjudul "Matinya Burung-Burung". Sempat berpikir beberapa cerita yang ada pada buku ini sama dengan cerita yang ada pada buku satunya. Namun setelah dicek satu-satu, tidak ada nama penulis apalagi judul cerita yang sama. Jadi, mungkin aku hanya halu~

***

Seperti yang tertera pada sampul utama, buku ini berisi 14 cerita pendek klasik dunia. Nama-nama yang pernah kudengar antara lain: Franz Kafka dengan cerpennya berjudul "Pesan Sang Kaisar" yang diterjemahkan dari "A Message from the Emperor" yang pertama kali diterbitkan pada 1917, cerpen Ernest Hemingway berjudul "A Clean, Well-Lighted Place" yang terbit pertama kali pada 1926 dan pada buku ini diterjemahkan menjadi "Persinggahan Malam", dan Anton Chekhov yang cerpennya pada buku ini—"Gegap Gempita"—diterjemahkan dari "Rapture" dan pertama kali diterbitkan pada 1884.

***

Aku pernah bilang pada ulasan cerita pendek sebelumnya bahwa satu di antara sekian banyak cerpen dalam kumpulan cerpen pasti melekat di benak. Pada "Fiksi Lotus Vol.1" ini, benak saya dilekatkan pada cerita karya Shirley Jackson berjudul "Charles" yang pertama kali diterbitkan pada 1948. Hentakan plot yang diberikan pada akhir cerita "Charles" memberiku pelajaran tentang bagaimana membuat cerpen yang sempurna dan membekas. Hal brilian itu adalah kejutan tak tertuga pada akhir cerita.

Selain "Charles", aku juga menyukai cerpen berjudul "Pemberian Sang Magi" karya O. Henry yang diterjemahkan dari "The Gift of the Magi" dan diterbitkan pertama kali pada 1907. Pembaca seperti sudah diberi tahu alurnya sejak awal cerita, namun tetap dibikin penasaran. Rasa penasaran itu bukan terletak pada keingintahuan akhir cerita, tetap dalam prosesnya yang menceritakan pasangan yang masing-masing ingin memberikan hadiah Natal dalam himpitan keuangan. Seperti ada kekuatan gaib yang membuat masing-masing dari mereka mengusahakan hal tersebut.

"Gift of the Magi" TV Movie (2010)

Cerpen terakhir yang membuatku tercenung adalah "Republick" karya Naguib Mahfouz yang terbit pertama kali pada 1936 dengan judul "Evil Adored". Ceritanya memiliki kekuatan persuasi yang bilamana diberikan kepada para petinggi sebuah negeri, sang petinggi pasti akan melakukan cara yang sama dengan apa yang dilakukan patinggi wilayah Khnum yang terletak di lembah Sungai Nil ini. Namun bila dibaca oleh para revolusioner, cerita ini akan menjadi pedoman yang akan menyelamatkan dunia. Sebuah cerpen yang memberikan dua sisi berkebalikan tergantung dari orang yang membaca. Kamu akan pilih sisi yang mana?

Sudah berapa penulis yang kusebutkan di atas? Apakah sudah empat belas? Sepertinya belum. Aku tidak akan melewatkan nama-nama penulisnya karena aku tahu aku keren bila sudah berkenalan dengan penulis sastra klasik dunia melalui karyanya. Jadi, aku tidak boleh melewatkan satu nama pun. Selanjutnya, akan kusebutkan satu-satu: Walter de la Mare "Teka-Teki", Bjørnstjerne Bjørnson "Sang Ayah", Saki "Menembus Batas", Stephen Crane "Dilema Sang Komandan", Dorothy Parker "Dering Telepon", lalu ada cerita pendek paling panjang di buku ini karya Jean-Paul Sartre berjudul "Menjelang Fajar", dan terakhir adalah "Kalung Mutiara" karya W. Somerset Maugham. Maaf karena ini terlihat klise, tetapi bukankah alasan beberapa orang membaca karya klasik adalah karena prestise? Ayolah, akui saja.

***


Pertama kali mengetahui Fiksi Lotus adalah dari akun Twitter-nya yang kemudian aku telusuri situsnya—fiksilotus.com—dan di sanalah surga cerita pendek klasik dunia bersarang. Sebenarnya aku ingin berbincang dengan penerjemah sekaligus penyusun sekaligus penggagas Fiksi Lotus ini. Setelah kukulik lagi situsnya, ternyata ada alasan mengapa Maggie Tiojakin membuat wadah sederhana yang sengaja disediakan untuk menampung karya-karya fiksi pendek klasik mancanegara.

Terakhir, aku sangat mengapresiasi Fiksi Lotus. Sungguh. Dengan medium situs yang bisa dibaca secara cuma-cuma oleh siapa saja, bukankah hal mulia jika bisa memberikan "rasa" baru kisah-kisah klasik dari begitu banyak pengarang yang tersebar di dunia. Satu hal yang kukutip dari Fiksi Lotus adalah harapan baik cerpenis Indonesia maupun pembaca fiksi pendek Indonesia dapat mengakses karya-karya besar (dan kecil) yang telah berhasil atau akan mengubah lanskap penulisan fiksi pendek dunia. Dan bisa kubilang: pengharapan itu tercapai.

Omong-omong, aku bertanya-tanya tentang buku ini yang diberi embel-embel "Vol. 1". Apakah ada volume-volume selanjutnya yang seharusnya diterbitkan? Apakah penjualan buku ini tidak begitu bagus sehingga harus membatalkan penerbitan volume dua, tiga, dan seterusnya? Sayangnya, aku terlalu tidak sabar untuk menunggu jawabannya.

3 komentar :

  1. wah kok bisa ya merasa pernah baca? atau emang pernah baca tapi lupa masukkan ke goodreads?

    btw, baca review rafi jadi penasaran :D pengen tahu cerpen Charles oleh Shirley Jackson :D penasaran seperti apa yang dianggap membekas buat Rafi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo Hana,

      entahlah. sepertinya membaca via sebuah situs. kalau mau baca cerpen-cerpennya, sepertinya bisa via situs webnya. hampir semuanya termaktub pada situs.

      terima kasih telah berkunjung ya. :)

      Hapus
  2. Baca ini udah lama banget wkwkw.. lupa bgian yang paling seru yang mana . Tapi hikmah dari baca ini "lebih baik beli buku per orangnya qeqeqreq

    BalasHapus