21 April 2016

Ulasan Buku: The Stardust Catcher

Sampul
Judul : The Stardust Catcher
Pengarang : Suarcani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2016
Dibaca : 20 April 2016
Rating : ★★★★

Aku mulai waswas karena menyukai satu genre tanpa menyadarinya: Young adult. Tahun ini saja mungkin genre ini lebih banyak kubaca ketimbang fantasi, genre yang kataku favorit. Tapi selama kau menikmati apa yang kaubaca, tidak ada salahnya kan? Persetan dengan genre!

***

Joe dihadapkan pada kondisi kedua orangtuanya yang akan melaksanakan sidang cerai. Untungnya, dia harus pergi untuk berdarmawisata bersama rombongan teman kampusnya ke Bali. Dia berharap kepergiannya ke Bali bisa mengentaskan kesialan yang dialaminya. Tapi ternyata tidak.

Ditinggal oleh rombongan busnya, tersesat, dan bertemu sesosok peri yang aneh, Joe berpikir kesialan masih tidak mau pergi dari dirinya. Hingga akhirnya dia dihadapkan pada satu kondisi di mana dia harus menolong seseorang. Seseorang yang kata si peri adalah jodohnya. Seseorang yang akan mengubah pandangan hidupnya kelak.

***

Peri. Entitas fantasi setelah naga yang aku gemari akhirnya hadir di buku remaja karya anak negeri. Aku antusias dengan kehadiran peri pada buku ini. Peri bernama Sally di dalamnya mengingatkanku pada Joy di "Inside Out". Ceria, aktif, penuh semangat. Juga pada Kapten Holly Short pada serial "Artemis Fowl" yang gigih dan berani. Yah, walaupun sedikit sedih karena pada bagian perkenalan Sally yang dianggap seperti itu oleh Joe.

Dilihat dari beberapa rating yang diberikan pada buku ini di Goodreads, aku sangsi kalau orang lokal memang sulit berimajinasi. Bukannya mengejek atau apa, tapi ayolah, buku ini karya anak negeri dan ada peri! Betapa menakjubkannya hal itu. Yah, aku sadar bahwa peri favoritku dan memang sedikit aneh dengan perkenalan Sally yang menurutku begitu menyedihkan. Tapi eksekusinya bisa dibilang cerdas untuk buku yang tidak sampai 200 halaman ini.

Tentang Joe. Aku sekarang tahu jawaban kenapa menikmati buku genre young adult: banyak hal dari remaja yang bisa dieksplor. Yah, dari kelabilan seorang remaja pun, seseorang bisa membuat cerita tentang apa saja dengan konflik serumit apa pun. Joe salah satunya. Hidupnya tak lagi sama setelah kedua orangtuanya tidak ada kecocokan. Joe berpikir tidak ada lagi yang akan peduli padanya. Lalu hadirlah si peri Sally dan seseorang bernama Mela yang memperbaiki semuanya. Dan aku suka dengan sebutan cinta itu universal. Aku sangat setuju!

Yang aku sempat tertegun adalah pada bab terakhir. Mela berusia 19 tahun lalu dua tahun kemudian sudah mengandung seorang anak karena satu tahun sebelumnya dia menikah. Jadi, Mela menikah pada usia 20 tahun? Astaga!

Terlepas dari itu, buku ini penuh warna: kau akan merasakan bahagia dan haru dicampur dengan tawa yang hadir dari lawak di dalamnya. Dengan alur cepat dan plot yang tidak bisa ditebak serta jumlah halaman buku yang tidak tebal-tebal amat, aku sangat merekomendasikan buku ini kepada remaja yang butuh arahan tentang egois dan rasa memiliki, juga tentang keluarga dan kompromi. Lalu ada apa dengan serbuk bintang itu?

"Kamu tahu bagaimana komposisi keluarga yang seimbang dan baik itu? Antara orangtua dan anak tidak ada yang saling memaksakan kehendak. Tidak orangtua, tidak pula anak. Mereka punya hak yang sama untuk memiliki kebahagiaan masing-masing, asalkan masing-masing pihak tetap kompromi akan satu hal. Komitmen." (hal. 169)

Ulasan ini untuk tantangan Young Adult Reading Challenge 2016.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar