16 Oktober 2013

The Kane Chronicles

Lagi, aku merangkum ulasanku tentang satu serial novel terbaik menurutku dan menurut penggemar fantasi, I guess.

Kali ini giliran karya penulis ternama favoritku, Rick Riordan yang mengambil tema mitologi Mesir dengan dewa-dewi yang khas. Kekhasan itu dicampur dengan cerita dua kakak-beradik yang ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia di masa modern.

Seperti biasa, om Rick menguntai setiap kalimat dengan bijak dan mudah dipahami, mengingat novel ini ditujukan bagi anak-anak sekolah. Berikut review singkat trilogi Kane Chronicles.

***
Sampul
Judul : The Red Pyramid
Pengarang : Rick Riordan
Penerbit : Mizan Fantasi
Tahun : 2011
Dibaca : 7 September 2013
Rating : ★★★★


Memang sudah sepantasnya karya om Rick Riordan ini mendapat applause yang membahana. Tak ada yang meragukan kekuatan modern dengan kisah mitologi jaman dahulu tentang dewa-dewi Yunani dan Romawi juga dibawa ke kisah dewa-dewi Mesir.

Tak heran mengapa setiap karyanya menjadi best-seller. Sangat memikat hati anak-anak bahkan dewasa seperti aku sangat menikmati kisahnya.

Seperti kebanyakan novel fantasi lainnya, tokoh utama adalah anak-anak berusia 14 dan 12. Yang membuat berbeda adalah mereka kakak-beradik yang mencari ayah mereka yang ditawan oleh dewa jahat. Tadinya, mereka adalah dua kakak-adik biasa yang tidak saling kenal dan hanya bertemu dua kali setahun.

Misi yang terlihat sederhana. Hanya saja, penulis sangat bisa membuat cerita menjadi beralur panjang hingga mencapai 500 halaman (dalam bahasa Indonesia) dan tidak membuat kita bosan membacanya. Malah kita disihir untuk terus membacanya karena aksi yang memukau dari kedua kakak-beradik itu dengan para dewa-dewi yang membantu misi mereka. Juga ada Dewan Kehidupan yang mencoba menghentikan mereka.

Ceritanya mengagumkan, as always. Inti dari cerita ini adalah kita diajarkan untuk saling mengasihi di antara saudara kandung. Kita sering kali acuh terhadap orang terdekat kita di rumah, tapi bila dihadapkan dalam situasi yang sama, kita diharuskan untuk bersatu untuk mendapatkan apa yang kita mau.

Tapi kenapa cuma empat dari lima? Karena aku rada gak tahan sama tokoh utama pria, alias Carter Kane. Kok kalah pamor ya sama Sadie Kane? Aku malah lebih mengunggulkan Sadie daripada Carter. 

Ah, pokoknya keren! Yang belum baca, harus baca! Yang cuma tahun kisah Percy Jackson, harus baca! Yang memang penggemar novel fantasi sejati, harus baca! Dan yang penasaran tentang kisah sihir yang dibuat oleh om Rick Riordan, juga harus baca!

***
Sampul
Judul : The Throne of Fire
Pengarang : Rick Riordan
Penerbit : Mizan Fantasi
Tahun : 2012
Dibaca : 9 September 2013
Rating : ★★★★★


Ya, jadi sudah berapa novel om Rick yang aku baca selama aku hidup? Tapi mengapa aku bahkan menginginkan om Rick terus melantunkan kata-kata dalam novel-novel lainnya?

Hal itu yang teringat ketika aku selesai membaca novel ini. Jadi ini adalah novel ke... emm... kesepuluh om Rick. Sebanyak itu? Ya. Alasannya karena dia sangat pintar menyatukan fakta dan mitologi yang sebenarnya tidak ada. Sangat membingungkan! Menbingungkan yang indah!

Masuk ke cerita: Carter dan Sadie kembali dengan petualangan untuk menyelamatkan bumi dari Apophis, Dewa Kekacauan yang akan muncul untuk mengobrak-abrik bumi. Meyakinkan ya misinya. Tapi tidak dengan perjalanan mereka.

Mereka harus mencari Kitab Ra, Sang Dewa Matahari, Raja dari segala Dewa untuk membangun-kannya. Aku bilang tidak meyakinkan dan juga tidak mudah. Mereka harus melawan Dewa-Dewi yang tidak percaya pada kebangkitan Ra dan juga sedikit oknum Dewan Kehidupan yang sungguh memberi ketegangan. Itu sih intinya....

Oh iya. Aku sempat menangis terharu di saat Carter dan Sadie bertemu Dewi Kuda Nil, Tawaret. Mereka sedikit kikuk ketika mengetahui kisah Bes, Dewa Orang Cebol yang terlalu baik dan lugu. Juga menangis ketika Carter dan Sadie bertemu kedua orang tuanya di Aaru. yah reuni keluarga yang sangat tidak biasa. Dan lagi, menangis ketika tahu takdir Bes yang sangat menyentuh. Aku tak akan membicarakannya. Kalian harus membacanya...

Kisah epik yang memberi pengetahuan yang bermanfaat, juga pesan-pesan tersirat dan tersurat mengenai pengorbanan, keberanian, dan keputus-asaan yang harus dihindari jauh-jauh jika tujuan ingin diraih, juga bagaimana mengendalikan emosi dan hasrat.

Lima bintang untuk petualangan yang seru dan tangisanku! Ya, harus ada bayaran untuk air mata!

Dan coba camkan dalam hati: "Tiap fajar baru adalah sebuah dunia baru." - Julius Kane, Ayah Carter dan Sadie Kane. Mungkin berguna! Selamat membaca!


***
Sampul
Judul : The Serpent's Shadow
Pengarang : Rick Riordan
Penerbit : Mizan Fantasi
Tahun : 2013
Dibaca : 15 Oktober 2013
Rating : ★★★★★

Bagus seperti biasanya, maksudku dalam pembawaan ceritanya. Dan tentang isinya, aku yakin kalian tak akan dikecewakan dengan hal itu.

Kisahnya dimulai ketika Aphopis yang terus menerus menginginkan kekacauan menjadi kebebasan di dunia. Hal itu akan terus terjadi hingga puncaknya saat ekuinoks musim gugur. Carter dan Sadie lagi-lagi harus menyelamatkannya, supaya keseimbangan antara kekacauan dan keteraturan itu kembali. Terlihat tidak mudah untuk anak seusia mereka, tapi mereka keluarga Kane.

Menariknya di setiap seri, tenggat waktu yang diberikan semakin sedikit oleh sang penulis. Pada seri pertama diberikan waktu lima hari, lalu seri kedua tiga hari dan seri terkahir ini menjadi dua hari. Ya. Hal ini bisa menjadi tantangan yang semakin sulit yang membuat para pembaca ingin segera tahu apakah Carter dan Sadie bisa melakukan hanya dalam waktu sesingkat itu.

Yang jadi bahan perbandingan dengan seri Percy Jackson adalah sang lakon. Aku pikir Sadie cenderung memiliki peran yang lebih besar dalam keseluruhan cerita, namun tidak bisa pula Carter diabaikan. Ya 55-45 lah. Sadie selalu menjadi perhatian, selalu bisa datang di saat sang kakak dalam kesusahan, dan kisah cintanya itu lho... lebih kompleks dan terlalu banyak dibicarakan. Jadi sang pahlawan dan yang paling banyak disorot di sini adalah wanita, berbeda dengan Percy Jackson yang kalian tau lah.... (atau mungkin saja aku yang terkagum-kagum oleh Sadie. Ya! Tidak! Bisa jadi!)

Terlepas dari siapa yang jadi pahlawan dan yang paling banyak disorot, cerita ini masih menjadi kisah yang mengajarkan bagaimana kerjasama antar-saudara sangat dibutuhkan dalam keluarga. Lagi-lagi om Rick memberikan sentuhan pendidikan yang kental yang sangat pas untuk dibaca oleh anak-anak.

Selain itu, om Rick sangat pandai membuat teka-teki sehingga pembaca sangat ingin terus memegang novelnya hingga akhir cerita.

Great as Always! Good job, uncle Rick!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar